Sabtu, 11 Desember 2010

CONTOH CASE STUDY

AKHIR YANG MENYAKITKAN


Saya adalah seorang guru SD yang sudah 10 tahun bekerja di SD Negeri di Baros yang letaknya berada di pinggir jalan raya, termasuk sekolah perkotaan.
Sebagian besar mata pencaharian orang tua adalah buruh pabrik, TNI /pegawai negeri, pedagang, buruh lepas dan lain-lain. Karena letak geografis sekolah kami sangat strategis maka banyak orang tua yang menginginkan anaknya sekolah di SD kami walaupun jarak sekolah dan rumah sangat jauh.
Sebagian besar siswa saya berangkat ke sekolah dengan kendaraan jemputan, angkutan umum dan karena kesibukan orangtua banyak diantara mereka yang belum sempat sarapan pagi. Bisa dibayangkan ketika anak-anak ini sampai di sekolah, jangankan untuk menerima materi dengan baik, untuk bertahan agar mereka tidak masuk angin saja sudah cukup. Namun demikian saya sangat bangga dengan anak-anak didik saya, yang dengan segala keterbatasannya masih mampu dan antusias untuk mengikuti pelajaran.
Pagi itu, aku ingin memberikan proses pembelajaran yang lain dari hari-hari biasanya. Kalau hari-hari biasa kami mengajarkan konsep-konsep pelajaran dengan metode yang banyak ceramahnya, tapi hari ini kucoba dengan menggunakan media dan metode yang lain.
Pada pelajaran mengarang berdasarkan pengalaman kali ini saya akan berikan semenarik mungkin. Oleh karena itu, banyak hal yang harus saya siapkan. Yang pertama membuat RPP lengkap, berikutnya saya harus ke Warnet untuk mengunduh gambar-gambar yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Karena jaringan internet yang ada dirumah hanya dial-up sehingga kelamaan kalau harus mengunduh gambar-gambar.
Dengan harapan yang mengebu-gebu saya berangkat naik sepeda motor dan tas yang lumayan berat ditambah kertas karton terselip diantara resleting tas saya. Sampai sekolah, suasana masih sangat sepi belum seorang teman guru yang datang. Dilantai depan kelas masih tergenang air hujan bekas semalam, dan sepatu-sepatu siswaku berceceran, ditambah sampah-sampah yang belum sempat dibersihkan.
Kulangkahkan kaki memasuki kelas, alangkah terkejut, meja guru dan buku-buku basah kuyup, aku tanya salah seorang siswa yang sudah didalam kelas, jawabnya gentingnya bocor. Konsentrasi mulai pudar semua siswa dikerahkan untuk membersihkan kelas dan menjemur buku-buku.
Waktu menunjukkan saatnya masuk kelas. Semua siswaku telah masuk mulai membacakan do’a selanjutnya kutanya siapa yang tidak hadir, diantara siswa menjawab. “Lia Pak ?” ada yang tahu mengapa Lia tidak masuk sekolah. Anak-anak diam..kemudian Riska menjawab “Ikut ibunya nengok kakaknya yang melahirkan. Ya tidak apa-apa !” jawabku datar.
“Coba anak-anak perhatikan kedepan, Bapak punya gambar !” semua siswa antusias melihat gambar. “Gambar apa ini ?, dipasar Pak !, Bagus !”. “Kalian pernah kepasar ?”, pernah……..!”. “Baik kalau begitu bisa tidak kalian menceritakan gambar ini dalam bentuk tulisan ?”, bisalah Pak !”.(Deni). “Nah sekarang coba kalian berkelompok seperti biasa, bapak akan berikan gambar !”, gambar artis pak ?”.(Saepudin). “Kalian liat saja nanti yah !”, kataku.
Kerja kelompok dimulai, tapi sebagian siswa malah asik mengobrol, sesekali mereka nampak pura-pura menulis, kalau ku perhatikan, dan melihat ke jendela tatkala mendengar suara motor rekan guruku yang datang. Tiba-tiba pintu kelas diketuk, ternyata siswa dari kelas lain. “pak aya nugelut, Aceng jeung Maman, Memang ibunya belum datang, teu acan Pak, yah nanti bapak kesana. Akupun cepat-cepat kekelas tadi, kutenangkan kedua siswa yang gelut itu, dan keuberi tugas dikelas itu.
Akupun kembali kekelasku. Bukan main anak-anak ada yang naik meja dan lari-lari. Kutanyakan sudah selesai…? “sudah pak, belum pak” aku keliling kelompok kulihat hasil kerja siswa-siswaku, terheran-heran juga hanya baru beberapa baris, .Hal ini menjadi tanda tanya besar, kenapa siswa yang tadinya nampak antusias tapi setelah diadakan diskusi kelompok untuk saling memeberi masukan banyak siswa yang belum menulis karangan dengan baik. Selanjutnya perwakilan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya tanpa dirspon oleh kelompok lain,Selanjutnya pelajaran hari itu ditutup.
Meskipun diantara hasil belajar siswa saya ada yang sudah bagus, tapi aku merasa tujuan pembelajaran atau target pembelajaran pagi itu belum tercapai, masih ada ganjalan di benak saya ketika pembelajaran berakhir. Ganjalan itu antara lain adalah (1) bagaimanakah seharusnya kita mengajar? (2) Apakah semua anak menikmati pembelajaran ini? (3) Apakah pembelajaran saya tentang mengarang memberikan makna tersendiri bagi anak-anak? Namun, saya mengakhiri pembelajaran hari itu dengan sebuah senyum walaupun agak hambar.
Di penghujung pembelajaran, sebagai refleksi saya ajukan sebuah pertanyaan, “Bagaimana anak-anak pembelajaran hari ini dengan Bapak Guru barusan?” Jawaban yang diberikan oleh seorang anak kiranya sangatlah patut untuk kita renungkan bersama, yaitu “Pak, kedah diseueuran gambarna !”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar